7 Jenis Makanan Khas Suku Pedalaman Papua

7 Jenis Makanan Khas Suku Pedalaman Papua

7 Jenis Makanan Khas Suku Pedalaman Papua – Suku Asmat adalah salah satu suku pribumi Mahjong Ways yang mendiami wilayah Papua, Indonesia. Mereka merupakan salah satu suku terbesar di Provinsi Papua dan sebagian besar tinggal di daerah sekitar Sungai Asmat dan pantai utara Papua. Suku Asmat terkenal karena warisan budaya mereka yang kaya, seni ukiran kayu yang indah, serta tradisi berburu dan mengumpulkan makanan yang unik. Sebelum membahas lebih lanjut tentang makanan khas suku Asmat, ada baiknya kita pelajari dulu segala hal yang berkaitan dengan suku Asmat. Suku Asmat merupakan suku terbesar dan terkenal yang mendiami wilayah Papua. Suku ini terkenal dengan ukiran kayunya yang khas dan unik. Proses ukiran dilakukan Suku Asmat tanpa membuat sketsa terlebih dahulu. Bagi Suku Asmat sendiri, ukiran adalah cara mereka untuk mengenang arwah leluhur.

Kue Bagea Sagu

Kue bagea sagu merupakan salah satu kue khas Papua yang dibuat dari tepung sagu dan tepung kenari. Selain dikenal sebagai oleh-oleh khas Papua, kue bagea sagu juga banyak dibuat di Maluku, Sulawesi Utara. Kue manis ini berbahan dasar tepung sagu yang memiliki tekstur sedikit keras ketika digigit. Biasanya, kue kering ini dicelupkan ke minuman terlebih dahulu agar tekstur kerasnya menjadi sedikit lembut.

Udang Selingkuh

Udang selingkuh merupakan makanan khas daerah Papua. Udang yang Slot Bet 100 dipakai biasanya jenis udang air tawar. Tekstur dari udang ini mirip dengan lobster. Disebut udang selingkuh karena udang tersebut memiliki bentuk capit seperti kepiting. Warga lokal menganggap udang tersebut berselingkuh dengan kepiting.

Dalam proses penyajian, biasanya udang ini direbus, digoreng, dan juga dibakar. Selama dibakar biasanya ada yang menambahkan bumbu atau garam saja, dan ada juga yang tidak. Apapun teknik memasaknya, cita rasa khas dari makanan yang satu ini tetap akan terasa.

Dengan berjalannya waktu, bumbu untuk memasak udang selingkuh mulai beragam ada yang menggunakan saus tiram, lada hitam, saus padang, dan juga asam manis. Jangan lupa pelengkap udang selingkuh ini yaitu, sayur kangkung, dan juga bunga pepaya dijamin makin nikmat dan lezat. Terlebih lagi, tekstur masakan udang ini lembut dan manis.

Ikan Bakar Manokwari

Ikan Bakar Manokwari merupakan makanan khas Papua Barat. Ikan Bakar Manokwari memiliki cita rasa bumbu yang berbeda karena menggunakan sambal khas yang hanya bisa ditemui di Papua. Sambal khas ini berasal dari bumbu-bumbu khusus yang digiling sampai mendapatkan tekstur yang sempurna dan biasanya disajikan mentah.

Sebelum dibakar, ikan dilumuri dengan jeruk nipis supaya lebih segar dan mengurangi bau. Ikan Bakar Manokwari memiliki nilai gizi seperti vitamin, zat besi, mineral, dan lemak. Masakan ini bisa disajikan bersama dengan nasi hangat, sambal, kemangi, dan es jeruk.

Ikan Bungkus

Makanan khas Papua ini hampir mirip seperti pepes ikan. Ikan bungkus khas Papua ini dibuat dari dua bahan spaceman slot yaitu ikan laut dan daun talas sebagai bahan untuk membungkusnya. Bumbu khasnya rempah yang digunakan pun hanya garam untuk memberikan rasa asin dan untuk menghilangkan getah pada daun talas yang digunakan.

Bahan dan bumbunya sedikit dan cara membuatnya pun sangat sederhana dan mudah. Dalam pembuatannya, pertama-tama bersihkan ikan kemudian dimasukkan ke dalam daun talas dan ditutup. Daun talas berfungsi menambah aroma lezat dari masakan. Langkah yang terakhir, ikan dibakar diatas api kecil hingga masak. Kalau sudah masak diangkat, dan langsung disajikan saat hangat. Ikan bungkus sangat cocok disajikan dengan nasi hangat.

Keripik Keladi

Keripik keladi merupakan keripik yang bahan dasarnya dari dari ubi keladi. Biasanya keripik ini dijadikan sebagai cemilan dan oleh-oleh. Keripik ini menawarkan tiga varian rasa, yakni pedas, manis, dan gurih. Keripik keladi merupakan oleh-oleh khas yang paling populer di Kota Sorong, Papua, karena hampir tersedia di setiap toko di sana.

Dikarenakan rasanya yang lezat dan juga kriuk yang gurih, maka keripik ini bukan hanya cocok dijadikan camilan, tetapi bisa dijadikan untuk teman makan. Bahkan, tak sedikit orang yang menjadikan keripik keladi ini sebagai oleh-oleh ketika berkunjung ke Papua.

Sagu Bungkus Ulat Sagu

Sagu Bungkus Ulat Sagu merupakan makanan tradisional khas Papua. Ulat sagu yang berada di dalam pohon ini bisa diolah dan dimasak bersama dengan sagu. Ulat sagu ini membutuhkan proses pembakaran di atas arang selama 15-25 menit. Sagu bungkus ulat saguĀ  slot bet 100 bisa dimakan ketika hangat bersama papeda. Selain ulat sagu, isi makanan ini bisa diganti dengan pisang mengkal (setengah matang) atau kepala parut. Ulat sagu baik dikonsumsi karena mengandung protein. Makanan ini rendah serat, bisa dimakan secara langsung maupun dengan cara digoreng atau di sate.

Dalam budaya Papua, ulat sagu menjadi unsur penting dalam ritual perayaan oleh Suku Asmat. Sebuah ritual makanan disiapkan oleh Suku Kamoro dalam pemberian nama anak laki-laki mereka. Ritual makanan ini terdiri dari campuran tepung sagu dengan siput atau kerang jenis tertentu dan ulat sagu yang dibungkus dalam kemasan daun sagu berukuran panjang

Makanan Khas Papua Tepung Sagu

Sagu menjadi menjadi masakan tradisional beberapa daerah seperti Ambon dan Papua. Sagu bisa dibuat menjadi tepung yang dibuat dari teras batang rumbia atau pohon sagu. Tepung sagu hampir mirip tepung tapioka. Manfaat sagu di antaranya adalah dapat mencegah penyakit lambung, aman dikonsumsi penderita diabetes, dapat membuat kenyang lebih tahan lama, dan baik untuk pertumbuhan anak. Sagu bisa diolah menjadi papeda, sagu lempeng, sagu lempeng gula merah, sagu bakar kelapa, sagu bakar. Selain itu, bahan ini bisa kembangkan menjadi roti, biskuit, mie, soun, kerupuk, sagu mutiara, dan bahan sirup. Seperti yang sudah diketahui oleh banyak orang bahwa Papua sangat dikenal dengan sagunya. Bahkan, makanan khas yang terbuat dari sagu sudah tersebar hampir di setiap daerah Indonesia. Apabila kamu ingin mendalami tentang sagu Papua, maka kamu bisa mencarinya melalui buku Sagu Papua karya Ahmad Arif.